Beranda Teks Pidato Tata Bahasa Sastra Ceramah Khutbah Arti Kata Puisi

Koleksi Puisi Indah | penuh makna



Awal yang kelabu.

Setelah ibumu memilih dunia
Dan ayah tetap dhuafa
Jasadmu raib disambar elang perempuan
Hatimupun terbacik
Dalam buaian nan sungguh gantungan.
Setelah ibumu
Lari jauh membawamu
Tinggal sepi rumah ini
Sebuah popok dan selimut kecilmu,
Juga air mata kurus ayah
Yang terkuras mengenangmu.
Ditengah zaman ketidakpastian
dan terpaan badai moneter
Dan ibumu yang tidak setangguh karang
Entah siapa yang kelak memperkenalkanmu pada Tuhan.

(Ade herdiana)

Tetesan Embun Kehidupan

Untuk do'a yang penuh kasih sayang
Warnai indah, jalan kehidupan
Agar sukses meraih harapan.
Selalu kulantunkan sepanjang malam
Wahai Bunda, permata dunia
Ambillah dirimu selamanya
Sanubariku selalu bertanya
Inikah yang berharga yang selalu ada?
Anugrah Tuhan Yang Maha Kuasa
Hadirnya Ibu sebagai belahan jiwa.

(Uwais Wasiah)

Pengembaraan.

Dunua tempat ku jalani hidup
Elok permai dalam pengelihatan
Serpihan-serpihan keindahan membuat ku bertanya,
Inikah kehidupan abadi.
Namun,
Umpama orang yang berlayar dilautan
Riak air jualah yang mengembalikan mereka kedaratan
Di dunia ini kuhanya berlayar
Ibarat seorang pengelana mencari arah
Agar daratan tak tersesat hingga menepi darat.
Tuhan
Ingatkan hambaMu ini tuk selalu berpijak di jalanMu.

(Desi Nurdianti)

Racun Dunia

Minum bau arak mabuk
Sejumput heroin menusuknya
Nikmati melayang sesaat
Rubuh tiada ingat kembali
Neraka tempatnya menanti
A'udzubillahimin dzalik

(Rian Bambang Sudrajat)

Seni kehidupan

Dalam aku menyelusuri hidup
elok nian alam kulihat
Duka dan suka
Engkau anugrahkan sebagai seni
Roman dan cerita hidup
Oh.... kiranya begitu indah tuk di kenang Syurga duniawi.
Tak terhingga indahnya.
Inikah tujuan hidup?
Aku seringkali termenung
Nun jauh disana terbesit setitik asa
Inikah jawabannya,?
Namun titik asa itu kembali meragu
Gemilang hari esok kembali aku aku lewati.
Secercah bahagia terkadang datang
Inikah bahagia abadi?
Harga kenyataan yang mampu menjawab.

(Dede Rastianingsih).

Khalwat angin

Masih kuhitung butitan tasbih
Dan kulayari malam-malam dalam keperihan sunyi
Kedip bintang tak  lagi bawa
isyarat
Dunia yang terbentang dikelopaak mataku
Selalu mendung.
Cuaca yang meemberat  ini sering kuhadapkan kelangit
juga pada arakan mega, aku bertanya.
Mengapa perjalanan ini membisu?
Tinggal air mata mengalir bagai anak sungai
Menagih harapan yang hilang.

Oleh : (Aan Suhanda) 
Alumni IKIP Jakarta
sumber : majalah Media Pembinaan No. 6/XXVII September 2000 Hal. 36

Baca juga Puisi-puisi dibawah ini :
Syair, Puisi Ibnu Arabi | Kata Bijak | Kata Mutiara
Puisi tentang Kesepian, kata Indah penuih makna
Kumpulan Puisi Karya Pemuda II (terbaru).
Kumpulan Puisi Karya Mahasiswa I (terbaru)

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih telah berkunjung diblog Kata Estetika ini, silahkan tinggalkan komentar anda,